Indonesia Muda di Salemba Tengah, Jakarta Pusat
Sekitar tahun 1956 klub sepakbola Indonesia Muda di kota Jakarta sudah ada . Pada waktu itu, Indonesia Muda sudah menjadi anggota perserikatan sepakbola Persija. Indonesia Muda mengikuti kompetisi Persija, bersama dengan klub sepakbola Jakarta Putra, Maesa, UMS, Maluku, Horas, Tunas Inti, POP, Jayakarta dan sebagainya. Pada waktu itu, sistem kompetisi terbagi dalam dua divisi dan Indonesia Muda mengikut-sertakan timnya di Divisi I maupun Divisi II . Putaran kompetisi persija waktu itu masih diselenggarakan di Stadion Menteng. Tempat latihan klub sepakbola Indonesia Muda pada waktu itu di lapangan sepakbola Taman Ismail Marzuki dan Lapangan Jenderal Urip, Jatinegara. Pengurus dan pelatih pada waktu itu antara lain adalah Mulyadi dan Sumarmak.
Klub sepakbola Indonesia Muda berasrama di jalan Salemba Tengah no. 24 A, Jakarta Pusat. Bangunan rumah di Jalan Salemba Tengah ini selain sebagai asrama sebagian pemain klub sepakbola Indonesia Muda, juga merupakan sekretariat Pengurus Besar Indonesia Muda, sekaligus sebagai rumah hunian keluarga Suprapti Abdulmanap, Subiakto Abdulmanap dan Suroyo Abdulmanap .
Persatuan Sepakbola Remaja (PSR) Embrio Terbentuknya Indonesia Muda Remaja (IMR)
Sekitar tahun 1967-1968 Surowo Abdulmanap yang pada masa itu masih menjabat sebagai ketua Pengurus Besar Indonesia Muda mengapresiasi aktivitas dan potensi anak-anak bermain sepakbola di lapangan Fajar Jaya yang terletak di kawasan belakang rumah kediaman beliau di jalan RS Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan. Sekitar tahun 1968, Surowo Abdulmanap menggagas penyelengaraan pertandingan persahabatan di lapangan KKO Marinir Cilandak. Pada pertandingan persahabatan itu pertama kali mucul nama IMR, kependekan dari “Indonesia Muda Remaja” . Kaos tim pertandingan persahabatan yang dikenakan saat itu adalah kaos oblong yang di warnai (wantex) biru tua dan pada bagian dada tersemat tulisan IMR hasil jahitan dengan kain berwarna putih dan para pemainnya tidak menggunakan sepatu alias nyeker. Para pemain yang ikut serta pada waktu itu antara lain adalah Hamdi, Sunaryo (anak Pasar Mede), Jhony Jayono, Frengky Cahyono, Nasar (Anak MPR Cilandak), Dody Dharmawisanto, Arianto Suandhono, Armanto Sulistiono, Bambang Nugroho, Hery Santoso (Anak Cilandak), Ujang, Buyung, Maman (Anak Terogong), Udin, Edy, Nasir, Iis, Budi, Ajeng, Juli (Anak Kompleks P & K Cilandak).
IMR Embrio Terbentuknya Indonesia Muda “Anak Gawang” di Jakarta Selatan
Lapangan sepakbola Fajar Jaya pada waktu itu menjadi tempat latihan. Karena ukuran lapangan dianggap terlalu luas untuk pemain anak-anak, maka digagas untuk membuat gawang di ujung sebelah barat dan timur pada sebagian lapangan. Lapangan tersebut sering digunakan untuk pertandingan antar kampung oleh para pemain dewasa, sementara anak-anak Persatuan Sepakbola Indonesia Muda Remaja (PS IMR) dan anak-anak lain yang hobi sepakbola seringkali harus mengalah dengan pemain dewasa untuk menggunakan lapangan tersebut. Di sisi timur lapangan Fajar Jaya terdapat lahan tanaman singkong. Kemudian digarap dan dimanfaatkan sebagai lapangan sepakbola mini dengan tiang gawang kayu dolken dan bambu. Semua dikerjakan ber gotong-royong melibatkan anak-anak PS IMR dan anak-anak yang sering bermain bola di kawasan itu.
Atas prakarsa Surowo Abdulmanap, untuk memperkuat para pemain IMR waktu itu dilakukan kerjasama dengan Persatuan Sepakbola Remaja. Beberapa pemain PS Remaja (Barnas, Memed Permadi, Rony Sarbini, Yuli, Hendri Budiarsa) dan seorang pelatihnya (Bang Doel) ikut bergabung dalam latihan bersama pemain PS IMR. Selain dilatih oleh Bang Doel dan Surowo Abdulmanap, beberapa kali PS IMR juga memperoleh pelatihan khusus dari mantan kiper PSSI tempo doeloe seperti Maulwi Saelan dan Mursanyoto. Gabungan sebagian pemain PS Remaja dan PS IMR ini kemudian melakukan tour pertandingan persahabatan ke Sukabumi, Jawa barat.
Pada kegiatan tour pertandingan persahabatan ke Sukabumi inilah pertama kali para pemain PS IMR dengan beberapa pemain cabutan dari PS Remaja mengenakan seragam dan perlengkapan layaknya pemain sepak bola. Para pemain menggunakan sepatu bola merk siong vo atau sam tay dan mengenakan kaos tim warna biru tua. Pada dada sebelah kiri kaos bertuliskan IM. Huruf “I” berada di tengah huruf “M”. Beberapa pemain PS Remaja hijrah ke PS Indonesia Muda, antara lain adalah Memed Permadi, Barnas, Juli, Yaya Karya dan Hendri Budiarsa.
Sekitar tahun 1969/1970, anak-anak yang tergabung dalam PS IMR mengikuti Kompetisi kategori Anak Gawang di lapangan Banteng. PS IM saat itu pada awalnya hanya mengikut-sertakan satu timnya dalam kompetisi untuk kategori Gawang C. Kemudian sejalan dengan bertambahnya anggota, kompetisi untuk kategori Gawang D juga diikut-sertakan satu tim lainnya. Lapangan Fajar Jaya kemudian menjadi kawasan untuk di bangun perumahan Pondok Indah dan Akademi Bahasa Asing (ABA), sehingga tempat latihan PS IM pindah ke lapangan Mabak – Blok M, persis berada di tengah dan dikelilingi oleh Perum Peruri, Markas Besar Kepolisian dan Gedung PLN. Jumlah anggota terus berkembang dan tim PS IM yang diikut-sertakan dalam kompetisi Anak Gawang pun juga bertambah, mulai dari kategori Gawang A, B, C dan D. Pada awalnya kompetisi gawang dipusatkan di lapangan Banteng yang masih memiliki lima buah lapangan. lapangan ukuran standar (lapangan A), lapangan ukuran sedang (lapangan B dan C) serta lapangan ukuran kecil (Lapangan D dan E). Latihan di lapangan Mabak dilakukan setiap hari senin dan kamis yang diasuh dan dilatih oleh Iskandar dan Suparjo, serta dibantu oleh Bang Doel dan Sugito. Anggota PS IM yang terdiri dari kategori Gawang A hingga Gawang D, antara lain terdiri dari anak Cilandak (Dody, Erwin, Nanto, Ari, Arman, Johny, Frengky) anak Tebet (Dida, Umar, Amir); anak Blok A dan Cipete ( Mansyur, Samsul, Bustami); anak Cijantung (Sabar, Ongky, Joko, Juli, Jumadi, Hidayat); anak Otista (Wempy, Cornelis, Regy) dan lain sebagainya. PS IM Anak Gawang waktu itu selain mengikuti kegiatan pertandingan kompetisi, juga beberapa kali mengikuti turnamen pertandingan persahabatan dalam rangka hari ulang tahun PS Indonesia Muda yang terdiri dari para pemain senior.
Riwayat Terbentuknya Indonesia Muda Junior (Remtar) dan Senior Sekitar tahun 1972/1973 muncul kompetisi sepakbola untuk kategori junior yang disebut kategori Remaja-Taruna atau disingkat dengan istilah Remtar. Tim Remtar Indonesia Muda pada waktu itu dibentuk dan dilatih antara lain oleh Awang Suherman di wilayah Jakarta Pusat. Para pemainnya antara lain adalah Lily, Marsudi, Cecep, Hermanus Ratu, Bekti, Mursada, Taufik, Taufik Saleh, Abu Bakar, Abdullah, Acung Sukarti, Budi, Mardi, Fredy dan Dian Bule. Entah bagaimana ceritanya, kemudian PS IM Remtar latihannya bergabung dengan PS IM Anak Gawang di Lapangan Mabak. Penggabungan tidak hanya sebatas tempat latihan, tetapi juga para pemainnya, dimana sebagian besar pemain PS IM kategori Gawang A dan B bergabung untuk mengganti dengan para pemain Remtar karena faktor usia yang sudah melewati batas ketentuan usia pemain Remtar waktu itu. Kemudian para pemain tersebut ditampung dan diwadahi dalam tim senior Indonesia Muda.
Generasi pertama IM kategori Remtar dibawah asuhan dan pelatih Awang Suherman antara adalah Taufik Saleh,Hermanus Ratu, Cecep, Mardi, Acung Sukarti dkk. Generasi kedua IM kategori Remtar masih dibawah asuhan Awang Suherman antara lain adalah Wempy, Basyirudin, Memed Permadi, Barnas, Jumadi, Madamin, Arman, Junaedi, Sumarno dkk.
Terbentuknya Indonesia Muda Jakarta Selatan
Secara de facto Indonesia Muda cabang Jakarta Selatan sebenarnya sudah ada sejak tahun 1968 dan secara de jure nama Indonesia Muda cabang Jakarta Selatan resmi digunakan sesuai dengan perkembangan dan ketentuan PSSI waktu itu untuk merestrukturisasi sistem kompetisi. Restrukturisasi sistem kompetisi terjadi sekitar ahun 1975 dengan membagi kota Jakarta ke dalam lima wilayah kompetisi klub sepakbola perserikatan sebagai upaya untuk mewadahi jumlah klub sepakbola waktu itu yang cukup banyak.
Dengan adanya pemisahan kompetisi di wilayah Jakarta, maka secara otomatis Indonesia Muda yang pada waktu itu berlatih di lapangan Mabak dan PTIK menjadi IM Jakarta Selatan, sebagian pemain di bawah asuhan Awang Suherman dan Nurdin (Permorin) membentuk IM Jakarta Pusat . Demikian pula di wilayah lainnya, terbentuk IM Jakarta Barat dan IM Jakarta Timur untuk mengikuti sistem kompetisi di wilayah masing-masing di kota Jakarta.
Akhir cerita, sejarah ini disusun berdasarkan informasi yang masih terbatas. Bila ada masukan dan koreksi yang dapat disumbangkan sungguh sangat berharga.
Memelihara Semangat Persatuan-Kesatuan - Nasionalisme - Patriotisme dan Jiwa Gotong-Royong
Indonesia Muda yang didirikan tahun 1930 merupakan organisasi pergerakan politik dengan semangat Sumpah Pemuda tahun 1928.
Kebangkitan kembali organisasi Indonesia Muda tahun 1956 di Surakarta (embrio organisasi mulai terbentuk sejak tahun 1951 di Malang) masih tetap dengan semangat Sumpah Pemuda 1928, namun kiprahnya beralih di bidang olahraga dan kesenian.
Organisasi Sepakbola Indonesia Muda pada tahun 1956/1957 bermarkas di Salemba Tengah, Jakarta Pusat dan terdiri dari para pemain senior. Indonesia Muda Jakarta Selatan dibentuk sekitar tahun 1968 yang pada awalnya dibentuk untuk mewadahi potensi sepakbola anak usia 7 - 15 tahun atas gagasan dan upaya mantan Ketua Pengurus Besar Indonesia Muda Seluruh Indonesia (Almarhum Drs. Soerowo Abdoelmanap dan kawan-kawan). Sebelum tahun 1968 sampai sekitar tahun 1975 sudah ada kegiatan IM Basket, IM Bola Voli, IM Renang, IM Bowling, IM Paduan Suara, IM Tenis Meja, IM Tenis Lapangan, IM Korfbal dan IM Golf. Semua seksi olahraga dan kesenian pada waktu itu berkembang dan berjalan masing-masing, dimana fungsi cabang (yang berada di bawah naungan Pengurus Besar Indonesia Muda) belum berfungsi optimal.
Kebangkitan kembali organisasi Indonesia Muda tahun 1956 di Surakarta (embrio organisasi mulai terbentuk sejak tahun 1951 di Malang) masih tetap dengan semangat Sumpah Pemuda 1928, namun kiprahnya beralih di bidang olahraga dan kesenian.
Organisasi Sepakbola Indonesia Muda pada tahun 1956/1957 bermarkas di Salemba Tengah, Jakarta Pusat dan terdiri dari para pemain senior. Indonesia Muda Jakarta Selatan dibentuk sekitar tahun 1968 yang pada awalnya dibentuk untuk mewadahi potensi sepakbola anak usia 7 - 15 tahun atas gagasan dan upaya mantan Ketua Pengurus Besar Indonesia Muda Seluruh Indonesia (Almarhum Drs. Soerowo Abdoelmanap dan kawan-kawan). Sebelum tahun 1968 sampai sekitar tahun 1975 sudah ada kegiatan IM Basket, IM Bola Voli, IM Renang, IM Bowling, IM Paduan Suara, IM Tenis Meja, IM Tenis Lapangan, IM Korfbal dan IM Golf. Semua seksi olahraga dan kesenian pada waktu itu berkembang dan berjalan masing-masing, dimana fungsi cabang (yang berada di bawah naungan Pengurus Besar Indonesia Muda) belum berfungsi optimal.
Saturday, 13 March 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Salam Indonesia Muda,
Kepada Anggota, mantan anggota dan simpatisan IM Jakarta Selatan, bila kebetulan membaca sejarah terbentuknya IM Jakarta Selatan ini dan anda memiliki informasi yang berkenaan dengan sejarah ini, maka sangat dihargai sumbangan informasi anda, terima kasih (Armanto Sulistiono - IM angkatan 1968)
Post a Comment